Sunday 2 August 2015

Menyapa Suku Baduy

Beberapa Langkah Sebelum Badui Dalam

Perjalanan ke Baduy Dalam
I.                   Gambaran Singkat

Post kali ini Saya akan membahas perjalanan yang sudah dilakukan sekitar satu tahun lalu tepatnya satu minggu setelah idul fitri tanhun 2014. Perjalanan ke Baduy kali ini serba mendadak, kami hanya mempersiapkannya kurang lebih tiga hari sebelum keberangkatan. Sekedar gambaran, Baduy adalah sebuah nama dari sebuah suku yang berdomisili di Banten yang masih sangat menjaga kehidupan tradisional yang menjadi warisan leluhurnya. Secara umum Suku Baduy terbagi dua yaitu Baduy dalam dan Baduy Luar, yang membedakan adalah Suku Badui dalam masih benar-benar menjaga diri dari pengaruh modernisasi seperti menggunakan benda-benda elektronik, produk-produk yang menggunakan bahan kimia dan sejenisnya sedangkan yang Baduy luar masih mentolerir hal-hal tersebut namun dalam jumlah terbatas, biasanya hanya berupa lampu atau alat-alat dokumenter bagi wisatawan yang datang. Yang membedakan Baduy dalam dan luar secara fisik adalah baju dan sandal yang mereka gunakan, Baduy dalam berpakaian serba hitam tanpa menggunakan sandal, sedangkan Baduy luar berpakaian serba putih dan menggunakan sandal jepit.
Mata pencaharian mereka cukup beragam, Masyarakat Baduy dalam biasanya akan mencari hasil hutan ataupun membuat kerajinan tangan yang kemudian dijual ke pengunjuk ataupun di sebuah pasar kecil yang ada di Baduy luar, sedangkan Masyarakat Baduy Luar sudah mulai menjual minuman dan makanan modern untuk para wisatawan yang kehabisan perbekalan di tengah jalan.
Saya melakukan perjalanan ke Badui Dalam bersama dengan delapan menggunakan cara yang sangat sederhana, nyambung dari satu kendaraan ke kendaraan lainnya, semua serba sederhana namun terasa sangat menyenangkan. Tujuh diantara delapan orang tersebut adalah mantan Pengajar Muda dari berbagai angkatan, yang satunya adalah kakak Saya yang merupakan mantan pecinta alam, sehingga mereka semua sudah terbiasa dengan perjalanan jauh dan serba backpacker, sedangkan Saya? Saya hanya penikmat alam yang menyukai perjalanan.


II.                How to get there

Yang terpenting dari perjalanan ini adalah kita harus menuju Desa Ciboleger di Banten yang merupakan pintu masuk ke Suku Baduy dan disana banyak rumah-rumah suku Baduy Luar. Dari Jakarta, kami memulai perjalanan di Stasiun Tanah Abang dan menaiki kreta yang menuju Stasiun Rangkasbitung dengan Tarif Rp. 15.000,- untuk kelas Bisnis dan Rp. 7.500,- untuk kelas Ekonomi, kretanya cukup nyaman dan saat itu Saya tidak melihat ada penumpang yang tidak memiliki tempat duduk, perjalanan sekitar 3-4 jam.
Setelah sampai di Stasiun Rangkasbitung, kami mencari sebuah angkot berwarna biru yang menuju Terminal Aweh, untuk nomor angkotnya ada banyak sehingga kita cukup bertanya kepada warga sekitar mana saja angkot yang menuju Terinal Aweh, tarifnya saat itu Rp. 3000,- karena memang cukup dekat. Dari Terminal Aweh, kami naik Elf menuju Desa Ciboleger dengan tariff Rp 15.000,- sampai dengan Rp. 30.000,- dan saat itu kami membayar Rp. 25.000,- dikarenakan cukup high season. Perjalanan sekitar 2 Jam, sebenarnya tidak terlalu jauh, tetapi jalanannya cukup buruk sehingga yang gak kuat mabok darat Saya sarankan untuk mengantisipasi hal tersebut dan mengambil tempat yang strategis (jangan dekat ban dan usahakan dekat jendela agar mendapat angin). Selama perjalanan Saya hanya tidur, sesekali terbangun ketika mendengar bunyi ayam yang ikut naik di elf kami, bagi Saya itu adalah seni dari sebuah perjalanan.
Setelah elf sampai di gerbang Desa Ciboleger kami disambut dengan pemandangan yang sangat unik. Sisi kiri kami adalah Patung Selamat Datang Desa Ciboleger, sisi kana nada Musolah kecil, kamar mandi dan Alfamart (iya ada alfamart) dan disisi depan ada gardu selamat datang yang menyajikan pemandangan hutan dan rumah-rumah milik suku Baduy Luar. Saat melihat gardu tersebut, Saya langsung de javu dengan kartun flinstoon si manusia batu :D
Jangan lupa, setelah mencukupkan perbekalan kita harus lapor Pak RT (atau Pak Desa?) disana, selain bertujuan pendataan pengunjung (agar kalau hilang ada datanya :p), pembayaran tiket (kurang tau berapa tapi yang pasti murah) hal tersebut juga bertujuan memberikan kita Guide, dimana Guide tersebut merupakan masyarakat Baduy Luar yang bertugas memandu jalan. Masyarakat lokal biasanya menghabiskan waktu paling lama dua jam menuju kesana, bahkan yang sudah terbiasa bisa hanya 1 jam, namun pengujung biasanya memakan waktu 2-6 jam, tergantung speed dan waktu istirahat yang kita pakai. Melihat latar belakang rekan-rekan perjalanan, mungkin kalau tanpa Saya, rombongan hanya perlu waktu 2 jam, tetapi karena Saya banyak istirahat, maka kami menghabiskan waktu 3 jam, lumayanlah untuk pemula gak sampe 6 Jam, hehehe. Sepanjang perjalanan kami melewati danau yang indah, rumah-rumah penduduk yang unik, pepohonan yang sangat rindang dan ular hehe, saat perjalanan sempat hujan sehingga jalanan agak sedikit nge-blog, tetapi atas bantuan Bapak Guide Alhamdulillah kita jadi aman hehehe. Oh iya, sepanjang perjalanan kita masih boleh foto-foto, tetapi begitu memasuki wilayah Baduy dalam, Pak Guide akan memberikan kita tanda bahwa segala yang elektronik tidak diperbolehkan.
Singkat cerita, kami sampai di Baduy Dalam dan Bapak Guide mencarikan rumah yang bisa kita singgahi, setelah ketemu kita langsung taruh barang-barang bawaan di rumah tersebut, mandi dan shalat. Selesai Shalat, rombongan wanita langsung masak bareng sama akang dan teteh pemilik rumah, dengan penerangan seadanya, alat masak yang masih tradisional, bumbu yang apa adanya, perut yang kroncongan semua menjadi terasa nikmat. Selesai masak kami langsung ngobrol-ngobrol dengan tuan rumah dan bergegas istirahat karena kami harus melakukan perjalanan jam 08.00 pagi esok hari.
Keesokan harinya saat matahari terbit kami berkeliling melihat-lihat rumah penduduk dan kami kaget, mereka semua cantik-cantik dan ganteng hehe, mata mereka besar coklat tua, hidungnya mancung-macung dan kulitnya bersih-bersih banget, mungkin karena semua serba alami, hehehe. Singkat cerita kami pulang diantar dengan Bapak Guide sampai Gerbang Desa Ciboleger dengan membawa sejuta kesan.

III.             Pesan dan Kesan

1.      Perhatikan jadwal kereta menuju Stasiun Rengkasbitung, biasanya perjalanan dari Stasiun Tanah Abang hanya tiga kali, jangan sampai tertinggal kreta atau menunggu terlalu lama dan kalau mau lebih well prepare beli aja dulu tiketnya sebelum keberangkatan;
2.      Dana yang Saya habiskan per orangnya sekitar Rp. 250.000,- sudah termasuk:
a.       Transportasi PP
b.      Beli Sarden, Beras 1 liter, minyak goreng, cabe (untuk dimakan disana bersama-sama tuan rumah, sisanya biasanya bakal kita tinggal untuk ucapan terima kasih tambahan mereka) P3K dan keperluan pribadi
c.       Biaya Guide, Tiket Masuk dan Tuan Rumah (walaupun gak ada tariff resmi dan emang mereka gak minta suatu jumlah tertentu, kami patungan ngasih sekitar Rp. 50.000-Rp.100.000,- per orang) waktu itu yang urus pembagiannya Tour Leader (Mas Ridwan, PM VI)
d.      Oleh-oleh (kalung dan gelang)
3.      Pertama agak gimana gitu atas adanya pasar modern disana, tapi pas dipikir-pikir itu untuk  kebaikan warga juga karena jarak tempuh ke kota jauh bgt, di tengah jalanpun para pengunjung banyak yang kehabisan perbekalan, sehingga banyak yang beli minuman dari warga dan warga belinya di pasar modern tersebut, secara gak langsung kehadirannya membantu perekonomian warganya.
4.      Banyak para pengunjung yang cerita di media sosialnya kalau mereka diem-diem mengambil gambar di Baduy Dalam, tapi saran Saya sih ikutin aja aturannya dan jaga kebersihan, be respect each other :D

5.      Baca dari blog sebelah, kalo naik travel (Jakarta-Baduy) sekitar Rp. 500.000,- diluar biaya point B.

2 comments:

  1. Kayanya seru ya, belum banyak yang berkunjung kesana apalagi backpacker. Waktu itu sewa guidenya gimana mbak? Beberapa hari sebelum sudah hubungin atau disediakan disana?

    ReplyDelete
  2. terima kasih sudah berkunjung :)

    waktu itu kami berdelapan dan salah satu diantaranya jadi team leader kami, beliau yang mengurus perizinan (mendaftarkan kami semua ke pak RT setempat) kemudian kami diberikan satu orang warga Baduy Luar untuk mengantar kami sekaligus menjadi guide.

    iya, disana banyak hal yang menarik, wisata alam sekaligus wisata budaya :D

    ReplyDelete