Monday 3 August 2015

Mini Trip: Waduk Jatiluhur, Purwakarta

Kali ini mau share tentang mini trip ke Waduk Jatiluhur di Purwakarta yang nggak terlalu jauh dari Jakarta tapi cukup membantu menghilangkan penat dan ngumpuling semangat baru di kantor baru hehehe. Pergi kesini juga gak terlalu direncanain, karena emang deket, akses gampang, gak niat untuk nginep dan gak perlu budget banyak. Saya kesini sama rekan kerja terasik dari kantor lama (silaturahmi harus jalan terus dong hehehe) yang katanya lagi pengen ngeliat yang ijo-ijo. Singkat cerita kami janjian di terminal kampong rambutan dan menaiki bus ke Purwakarta. Tariff nya Rp. 20.000,- terdapat AC dan bangkunya nyaman. Waktu tempuh Kampung Rambutan – Purwakarta (Terminal/Rumah Makan Ciganea) sekitar 2 jam, setelah sampai Purwakarta, kami harus naik angkot jurusan Ciganea – Jatiluhur yang bertarif Rp. 8.000,- sudah termasuk HTM wisata. Kami diturunkan di Gerbang Water Park Waduk Jatiluhur, namun setelah mempertimbangkan akhirnya kami tidak ke water park, tetapi memilih berkeliling waduk dan makan siang di warung-warung tengah waduk jatiluhur.
Iya, ditengah. Jadinya untuk menuju rumah makan tersebut kita naik kapal yang tarifnya Rp. 20.000,- untuk PP + muterin waduk. Kami dapat supir kapal yang lumayan asik karena mau menggabungkan kami dengan rombongan lain sehingga meskipun kami hanya berdua, hanya perlu membayar murah, tidak harus menyewa satu kapal.  Supir kapalnya menurunkan kami di rumah terapung yang ia rekomendasikan, lalu kami memesan beberapa ikan. Jenis ikan yang ditawarkan adalah ikan air tawar yang dibakar dan digoreng, mereka juga menawarkan kelapa muda utuh yang segar. Untuk harga menurut Saya masih wajar, kami mengeluarkan budget sekitar Rp. 35.000,- untuk nasi, es kelapa (masing-masing satu), ikan bakar, ikan goreng (total ½ Kg), cah kangkung dan tahu tempe.
Setelah makan, kami meng-sms agar pemilik kapal menjemput kami lagi dan setelahnya kami diantar ke posisi semula. Usai makan siang dan puas mencari spot foto, kami akhirnya bersih-bersih diri dan kembali ke Jakarta dengan menggunakan bis ekonomi dengan tariff Rp. 10.000,- tanpa AC.
 
Makan di Rumah Makan Terapung

Dari Mas Google

Dari Mas Google

Pesan Kesan:
1.      Waduknya bagus, wilayahnya asik, adem. Recommended buat yang lagi bosen di Jakarta tapi nggak punya banyak waktu
2.      Yang hobby hunting foto juga recommended, karena tempatnya ‘fotogennic’
3.      Sayangnya gak banyak tempat sampah yang disediakan sehingga terpaksa naro sampahnya di tas tapi over all sekitaran waduknya masih bersih, mungkin rutin dibersihkan
4.      Katanya kalau kesana bagus weekend dan ba’da maghrib karna di pintu air nya suka ada acara, tapi sayangnya Saya nggak kesana karna keterbatasan waktu (ngejar angkot sebelum malem :p)

Aa Riswan (pemilik kapal): 0877 7998 2103

Perjalanan ke Taman Nasional Ujung Kulon


Di tulisan kali ini bakal ngepost tentang perjalanan ke Taman Nasional Ujung Kulon, sedikit berbeda dari post yang sebelumnya, saat melakukan perjalanan ini Saya menggunakan budjet pribadi dan melalui cara yang nggak terlalu backpacker. Berawal dari curhat bersama salah satu sahabat Saya jaman SMA yang lagi sama-sama bosen di Jakarta, akhirnya kamu memutuskan untuk pergi ke suatu tempat yang sama-sama belum pernah kami kunjungi. Pilihannya ada dua, yaitu Green Canyon di Jawab Barat dan Taman Nasional Ujung Kulon di Banten. Setelah browsing dan melihat opini orang lain, Saya merasa akses untuk ke Green Canyon tidak terlalu sulit dan tidak jauh dari Jakarta, asumsi Saya adalah banyak teman-teman yang mudah diajak kesana, sedangkan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) cukup jauh dari dan aksesnya agak sulit sehingga lebih efektif apabila menggunakan travel atau EO, ditambah lagi, untuk penyewaan kapal, pemilik kapal biasanya akan menyewakan kepada rombongan karena memberikan tariff yang sama antara rombongan dengan banyak orang ataupun sedikit orang, sehingga TNUK memang lebih cocok untuk liburan kali ini.
Setelah menjatuhkan pilihan, kami melakukan pembayaran kepada travel yang kami pilih. Harganya sekitar Rp. 700.000,- sampai Rp. 800.000,- dan penyewaan alat snorkeling Rp. 30.000,- memang lebih mahal daripada backpacker, namun itu lebih baik daripada harus pergi berdua aja secara backpacker karena masih harus memikirkan kerjaan di kantor, penyewaan perahu dan kamar yang gak mungkin di share sama lawan jenis hehe. Guide tersebut bernama Fahmi dan Hafiz, keduanya memilih resign dari kantornya masing-masing karena merasa memiliki passio di bidang ini. Beberapa hari sebelum berangkat kami diberi tahu apa saja yang harus dibawa dan yang terpenting adalah minu obat anti malarian H-3 sebelum keberangkatan karena disana masih termasuk daerah epidermik malaria, Fahmi dan Hafiz meminta kami semua bertemu di daerah Slipi, Jakarta Barat pada jumat malam untuk menaiki Elf yang disediakan. Rombongan kami mungkin sekitar 18-20 orang termasuk Guide, tidak lama kami semua akhirnya bisa berkomunikasi secara santai meskipun banyak yang usianya udah tua-tua hehehe. Pagi-pagi sekali kami tiba di suatu desa dan bersiap untuk menyebrang ke Pulau Peucang menggunakan kapal yang nyaman dan bagus. Pemilik kapal tersebut menyiapkan makan siang untuk kami dan kami menghabiskannya di perahu tersebut dengan pemandangan laut biru dengan pulau-pulau kecil berpasir putih di ujung barat pulau jawa, sensasinya luar biasa :D
Setelah perjalanan sekitar 1 jam, akhirnya kami sampai di Sungai Cigenter, yang unik adalah sungai tersebut ada tengah-tengah laut yang berombak besar, padahal sungai tersebut berair tenang dan tawar. Banyak yang bilang di sungai ini masih ada Buaya, Ular dan Badak Bercula Satu, tapi sayangnya kami belum beruntung melihatnya. Kami menaiki perahu yang keciiiil sekali dan terlihat renta gitu, beruntungnya tidak ada  yang aneh-aneh terjadi disana karena perlahan kami bisa menyeimbangkan perahu tersebut. Suasana di sungau agak horror karena tenang sekali, suara ombak perlahan hilang dan disambut bunyi jangkrik, monyet liar dan kadang tawa kami yang meledak ketika ada salah satu peserta yang melakukan hal-hal aneh. Makin lama pohon-pohon disekitar sungai tersebut semakin rindang dan menutupi sinar matahari, kemudian kami memutar balik dibantu oleh Bapak Guide (mereka menyebutnya Ranger) yang merupakan penduduk sekitar sekaligus pemilik kapal. Ketika kami keluar dari sungai dan menuju air laut, ada ombak yang cukup besar yang membuat kapal kecil kami nyaris berbalik, namun memang semua sudah diperhitungkan oleh Bapak Ranger tersebut. Akhirnya kami kembali ke kapal besar dan melanjutkan perjalanan ke Pulau Peucang sekaligus untuk beristirahat dan bersih-bersih.

Sungai Cigenter, yang didepan temen, bukan buaya nya



Dermaga Pulau Peucang



Persiapan Snorkeling

Tapi ntah kenapa Saya merasa sayang untuk tidur, akhirnya bersama beberapa teman baru kami bermain disekitar Pulau Peucang dan menyadari disana banyak sekali kera-kera liar yang nakal, babi hutan dan rusa. Puas bermain di Pulau Peucang, kami bersih-bersih diri karena Guide mengatakan perjalanan selanjutnya adalah ke Pantai Entah Apalah namanya untuk mencari sunset, aku lupa hehehe. Pantai tersebut banyak tebing-tebingnya dan benar-benar bagus, perjalanan dari penginapan ke Pantai tersebut ditempuh sekitar 1 jam dengan jalan santai, ada warga sekitar yang menemani perjalanan kami dan Alhamdulillah banget Saya sempet ngeliat Buruk Merak di perjalanan, cantik banget :D
Hunting Sunset
Lupa nama pantainya, anggep aja "Pantai Tebing" :p

Lepas Maghrib kami berjalan ke penginapan dan harus sedikt cepat karena langit mulai gelap sekaligus mengejar shalat magrib. Selesai Isya kami makan malam ikan bakar yang ditangkap langsung oleh penduduk sekitar, pokoknya semua terasa enak banget lah :D ehehehe. Keesokan paginya kami berputar-putar pulau kecil untuk snorkeling dan ke suatu pulau yang ntah kenapa aku ngerasa mirip suasana Jurrasic Park, pulau itu terdiri dari hamparan rumput yang luas dikelilingi pohon-pohon yang rindang, sayang sekali disana kami tidak melihat binatang yang aneh-aneh, menurut warga disana biasanya suka ada Banteng atau Badak yang berkeliaran disana. Setelah dari pulau unik itu (maaf banget, Saya susah hafalin nama orang/tempat dan waktu itu gak megang catetan) kami cari spot untuk snorkeling dan akhirnya disanalah Saya pertama kali snorkeling :D
Selesai makan siang dikelilingi pulau-pulau putih yang indah dan ditemani guncangan ombak, kami akhirnya menuju desa tempat kami memarkir Elf dan bersih-bersih diri disana untuk kemudian balik lagi ke Jakarta. Selesai mandi kami disiapkan teh manis lengkap dengan es nya dan buah sukun goring, sukunnya enak banget dan beda sama di Jakarta, karena lebih manis dan dipotong lebih kecil dari yang biasanya, mirip-mirip kentang gitu. Setelah kenyang, kami akhirnya kembali ke Jakarta dan Saya langsung tepar selama perjalanan hehehe. 
Note:
1.      Jangan lupa minum pil kina minimal 3 hari sebelum keberangkatan, saat di wilayah epidermik dan 3 hari setelah pulang (pil anti malaria)
2.      Perhitungin budget dengan tepat, kalau mau rombongan mendingan sewa kapal sendiri (sekitar Rp. 1.000.000,- - Rp. 1.200.000,- untuk 2 hari 1 malem) kalau emang gak banyak orang mendingan naik travel untuk penghematan dan efisiensi
3.      Penginapan di Peucang masih terbatas dan biasanya satu kamar dipakai untuk rombongan. Biasanya Saya suka tendaan sama temen-temen, tapi di Peucang belum support sepertinya, selain disana banyak babi liar yang hobby nya muter-muter, monyet disana juga jahil banget.
4.      Bener-bener make sure jadwal sama EO tentang destinasi yang bakal di datengin untuk menghitung kapan waktu yang telat untuk mandi, jangan sampai udah mandi tau-taunya perjalanan selanjutnya adalah snorkeling, kan sayang hehehe
5.      Pake Sunscreen yang cukup terutama kalau snorkeling dan usahakan pagi, supaya ombangnya nggak terlalu besar

EO yang Saya pakai waktu itu:

Ajak Jalan-jalan (Fahmi/Hafiz)           : 0813 1149 4932

Perjalanan Gratis (dan dibayar) ke Malang dan Batu


Mau sedikit cerita pengalaman waktu kerja di kantor lama. Waktu itu Saya dan satu orang rekan kerja dapet tugas dinas ke Cabang Malang dari tanggal 5-6 Februari 2015. Bagi Saya perjalanan dinas itu sangat menyenangkan, disamping bisa mencoba hal dan kota baru dengan gratis, kita juga mendapatkan uang Saku dan akomodasi yang lebih dari cukup. Waktu hendak memesan tiket pesawat Saya bernegosisasi dengan atasan Saya agar diizinkan pulang hari minggu (extance 2 hari 1 malam), boss Saya setuju dengan catatan harga tiket pesawat tidak boleh lebih mahal daripada kepulangan jumat, uang saku, makan dan hotel hanya sampai hari jumat serta hari seninnya jangan sampai sakit, hehehe. Bagi Saya itu tidak masalah, Saya langsung menghitung budget untuk pesawat yang dijatahkan, Saya akhirnya memilih pulang menaiki maskapai Citilink dikarenakan Garuda Indonesia tidak bisa menutup budget. Singkat cerita Saya dan rekan kerja tersebut sampai Bandara Malang dan langsung ke Site Area di Malang, selama bekerja di Malang pelayanan yang kami dapatkan sangat baik, tipikal orang Jawa kalau menyapa orang :)


Kerja Dulu

Selesai kerja, kami kulineran dan berburu beberapa oleh-oleh kemudian kembali ke hotel dan persiapan untuk pekerjaan besok sekaligus berkemas. Singkatnya selesai Jum’atan rekan kerja ku kembali ke Jakarta dan memberikan banyak nasehat untuk ku agar berhati-hati selama di Malang. Sebelum pergi ke Malang, Saya sudah memiliki plan mulai dari destinasi wisata sampai dengan penginapan, rencananya Saya akan menumpang dari rumah/kos teman yang satu ke yang lainnya, numpang kendaraan satu ke kendaraan lainnya, disitulah sensasinya, merasakan bahwa komunikasi yang terjalin dengan teman-teman selama ini dapat menjadi pengalaman yang berharga ketika kita di kotanya. Saat semua kerjaan selesai, Saya hendak menghubungi salah satu sahabat Saya waktu SMA, saat mau menghubunginya, Saya diajak oleh Bapak Wahyu dan keluarganya untuk mengitari Kota Malang dan Batu bersama, Beliau adalah Site Manager cabang Malang. Singkat Cerita selama satu hari niat untuk backpackeran diundur satu hari untuk menikmati jamuan dari beliau dan keluarga :D
Saya diajak ke alun-alun Kota Batu dan Batu Night Spectacular, naik wahana-wahana unik dan menarik. Ada rasa gak enak, semuanya free dan beliau bener-bener nolak untuk aku bayar sendiri atau sesekali pengen bayarin makan anak-anaknya (beneran gak enak). 


Alun Alun Batu dan Batu Night Spectacular. HTM biang lala Rp. 3000,- BNS Rp. 25.000,-


Selesai jalan dengan keluarga Pak Wahyu, Saya menginap di rumah salah satu sahabat yang kuliah dan kos di Malang, dia mengajak Saya untuk menginap di kost nya sampai Saya balik ke Jakarta, Alhamdulillah bisa hemat banyak, diapun mengajak Saya untuk berjalan-jalan sekaligus kulineran. Besok paginya Saya tertarik untuk mengunjungi Museum Angkut, HTM nya sekitar 75 ribu. Dari Universitas Malang Saya diantar ke Terminal Malang dan setelahnya naik angkutan umum arah jombang bertarif Rp. 5.000,- dan turun tepat didepan Museum Angkut, cukup murah untuk perjalanan kurang lebih satu jam dari Malang ke Batu. Perjalanan kesana sangat sejuk dan pemandangannya indah, masih berkabut serta terasa sekali kita lagi di dataran tinggi. Begitu beli tiket masuk, Saya mengitari Museum Angkut dan cukup puas dengan yang mereka sajikan disana. Museum Angkut terdiri dari beberapa zona, yaitu:

1.      Zona Hall Utama
Ruangan ini adalah ruangan pertama yang akan dikunjungi setelah melewati garis Entrance oleh pengunjung. Diruangan ini terdapat berbagai koleksi alat angkut dari berbagai negara dan berbagai masa yang didukung dengan hiasan lampu sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan elegan.

2.      Zona Edukasi
Sesuai misi visi Jawa Timur Park Group sebagai penggagas Wisata Edukasi, di zona seluas 900 m2 ini dapatkan informasi tentang sejarah berbagai angkutan dari masa ke masa baik di Indonesia maupun di dunia. Temukan cara baru belajar tentang angkutan dengan cara yang menyenangkan dan interaktif.
3.      Zona Sunda Kelapa & Batavia
Masuk ke zona ini kita serasa ditarik kembali ke Jakarta tempo dulu saat menjadi pelabuhan terkenal di jaman Belanda. Temukan nuansa Batavia, tiruan menara Syahbandar dan berbagai jenis angkutan didalamnya.
Di zona ini Al Capone sebagai gangster tersohor di tahun 1970an  beraksi dan siap membawa anda terlibat didunia gangster. Broadway street yang menjadi tempat impian para artis tersohor dunia ditampilkan bersama dengan berbagai model angkutan didalamnya.
5.      Zona Eropa
Italy, Perancis, Jerman, dan London yang merupakan kota tersohor di eropa kami sajikan dalam nuansa malam dipadu dengan berbagai angkutan dari Eropa yang melengkapi situasi kota.
Inggris sebagai Negara Kerajaan paling tersohor di dunia dan terbukti menghasilkan berbagai angkutan berkelas seperti Blackburn, Triumph, Matchless, Royal Enfield, Raligh, Fillir, Francis Barnett, Austin, Mini Cooper, Rolls Royce, dll kami hadirkan di sini. Kami juga menampilkan mobil LandRover yang pernah digunakan oleh Queen Elizabeth saat parade di Australia lengkap dengan situasi Kota London di malam hari dan kemegahan Istana Buckingham.
7.      Zona Las Vegas
Nuansa Amerika yang akan mewarnai malam Anda dengan gerbang Las Vegas.
8.      Zona Hollywood
Ayoo movie mania. Di Zona ini kalian akan menemukan berbagai mobil yang dipakai dalam film Hollywood.
9.      Zona Pasar Apung
Berbagai souvenir dan merchandise Museum Angkut serta oleh- oleh khas Nusantara UKM Batu ada disini. Makanan khas tradisional turut meramaikan suasana pasar tempo dulu dan nuansa pasar apung. Berbagai kerajinan dan lukisan gaya seniman Kota Batu seperti seni batik, lukis, ukir, karikatur, dan lain-lain dapat dipelajari sekaligus berinteraksi langsung dengan para seniman dan membawa hasil karya seni anda pulang kerumah.
(Copas dari Web Resmi)
Oh iya, Dinas Pariwisata Malang waktu itu (atau sampai sekarang masih?) menyediakan paket wisata yang murah banget, yaitu HTM Museum Angkut, Edu Park, Batu Night Spectacular dan Jatim Park I hanya Rp. 200.000,- dan HTM itu bisa dipakai selama tiga hari. Tapi karena udah pernah ke Batu Night Spectacular dan Jatim Park I, akhirnya Saya tidak membeli paket promo tersebut (harga asli sekitar Rp. 350.000).

Siap Backpackeran

Sebelum Backpackeran
Di Zona Gangster, diambil dari Web Resmi

Setelah pulang dari Museum Angkut, Saya mengajak teman Saya yang kosan nya Saya tebengin untuk kulineran (lagi) sekaligus muterin kota Malang di Malam hari dan menghabiskan malam terakhir di Malang kali itu di Alun-alun kota Malang. Over all Saya merasa kota Malang dan Batu sangat menarik untuk dikunjungi, Insya Allah kalau ada kesempatan lagi kesana mau jalan ke Daerah Turen dan menikmati pantai-pantai yang Indah serta ke Pulau Sempu, kalau bisa sekaligus nyebrang Bali dan Lombok, semoga semesta mendukung :D

Tips yang mau jalan-jalan murah:
1.      Banyakin temen di berbagai daerah
2.      Kerja di tempat yang memberi syarat kalau kita mau melakukan perjalanan dinas
3.      Well prepare, jangan sampai uang banyak kebuang untuk transport dan penginapan yang harganya melambung
4.      Kalau sudah dijamu temen, jangan lupa etika bertamu dan siapin budjet buat tuan rumah yang udah ngejamu kita, coba kalau diitung berapa dana yang harus kita keluarin kalau nggak ada mereka? Hehehe. Kalau kebetulan dijamu oleh orang yang jabatannya lebih tinggi, mereka pasti nolak kita traktir, coba belikan oleh-oleh untuk keluarganya setelah habis jalan-jalan atau bingkisan dari kota kita.

Sunday 2 August 2015

Menyapa Suku Baduy

Beberapa Langkah Sebelum Badui Dalam

Perjalanan ke Baduy Dalam
I.                   Gambaran Singkat

Post kali ini Saya akan membahas perjalanan yang sudah dilakukan sekitar satu tahun lalu tepatnya satu minggu setelah idul fitri tanhun 2014. Perjalanan ke Baduy kali ini serba mendadak, kami hanya mempersiapkannya kurang lebih tiga hari sebelum keberangkatan. Sekedar gambaran, Baduy adalah sebuah nama dari sebuah suku yang berdomisili di Banten yang masih sangat menjaga kehidupan tradisional yang menjadi warisan leluhurnya. Secara umum Suku Baduy terbagi dua yaitu Baduy dalam dan Baduy Luar, yang membedakan adalah Suku Badui dalam masih benar-benar menjaga diri dari pengaruh modernisasi seperti menggunakan benda-benda elektronik, produk-produk yang menggunakan bahan kimia dan sejenisnya sedangkan yang Baduy luar masih mentolerir hal-hal tersebut namun dalam jumlah terbatas, biasanya hanya berupa lampu atau alat-alat dokumenter bagi wisatawan yang datang. Yang membedakan Baduy dalam dan luar secara fisik adalah baju dan sandal yang mereka gunakan, Baduy dalam berpakaian serba hitam tanpa menggunakan sandal, sedangkan Baduy luar berpakaian serba putih dan menggunakan sandal jepit.
Mata pencaharian mereka cukup beragam, Masyarakat Baduy dalam biasanya akan mencari hasil hutan ataupun membuat kerajinan tangan yang kemudian dijual ke pengunjuk ataupun di sebuah pasar kecil yang ada di Baduy luar, sedangkan Masyarakat Baduy Luar sudah mulai menjual minuman dan makanan modern untuk para wisatawan yang kehabisan perbekalan di tengah jalan.
Saya melakukan perjalanan ke Badui Dalam bersama dengan delapan menggunakan cara yang sangat sederhana, nyambung dari satu kendaraan ke kendaraan lainnya, semua serba sederhana namun terasa sangat menyenangkan. Tujuh diantara delapan orang tersebut adalah mantan Pengajar Muda dari berbagai angkatan, yang satunya adalah kakak Saya yang merupakan mantan pecinta alam, sehingga mereka semua sudah terbiasa dengan perjalanan jauh dan serba backpacker, sedangkan Saya? Saya hanya penikmat alam yang menyukai perjalanan.


II.                How to get there

Yang terpenting dari perjalanan ini adalah kita harus menuju Desa Ciboleger di Banten yang merupakan pintu masuk ke Suku Baduy dan disana banyak rumah-rumah suku Baduy Luar. Dari Jakarta, kami memulai perjalanan di Stasiun Tanah Abang dan menaiki kreta yang menuju Stasiun Rangkasbitung dengan Tarif Rp. 15.000,- untuk kelas Bisnis dan Rp. 7.500,- untuk kelas Ekonomi, kretanya cukup nyaman dan saat itu Saya tidak melihat ada penumpang yang tidak memiliki tempat duduk, perjalanan sekitar 3-4 jam.
Setelah sampai di Stasiun Rangkasbitung, kami mencari sebuah angkot berwarna biru yang menuju Terminal Aweh, untuk nomor angkotnya ada banyak sehingga kita cukup bertanya kepada warga sekitar mana saja angkot yang menuju Terinal Aweh, tarifnya saat itu Rp. 3000,- karena memang cukup dekat. Dari Terminal Aweh, kami naik Elf menuju Desa Ciboleger dengan tariff Rp 15.000,- sampai dengan Rp. 30.000,- dan saat itu kami membayar Rp. 25.000,- dikarenakan cukup high season. Perjalanan sekitar 2 Jam, sebenarnya tidak terlalu jauh, tetapi jalanannya cukup buruk sehingga yang gak kuat mabok darat Saya sarankan untuk mengantisipasi hal tersebut dan mengambil tempat yang strategis (jangan dekat ban dan usahakan dekat jendela agar mendapat angin). Selama perjalanan Saya hanya tidur, sesekali terbangun ketika mendengar bunyi ayam yang ikut naik di elf kami, bagi Saya itu adalah seni dari sebuah perjalanan.
Setelah elf sampai di gerbang Desa Ciboleger kami disambut dengan pemandangan yang sangat unik. Sisi kiri kami adalah Patung Selamat Datang Desa Ciboleger, sisi kana nada Musolah kecil, kamar mandi dan Alfamart (iya ada alfamart) dan disisi depan ada gardu selamat datang yang menyajikan pemandangan hutan dan rumah-rumah milik suku Baduy Luar. Saat melihat gardu tersebut, Saya langsung de javu dengan kartun flinstoon si manusia batu :D
Jangan lupa, setelah mencukupkan perbekalan kita harus lapor Pak RT (atau Pak Desa?) disana, selain bertujuan pendataan pengunjung (agar kalau hilang ada datanya :p), pembayaran tiket (kurang tau berapa tapi yang pasti murah) hal tersebut juga bertujuan memberikan kita Guide, dimana Guide tersebut merupakan masyarakat Baduy Luar yang bertugas memandu jalan. Masyarakat lokal biasanya menghabiskan waktu paling lama dua jam menuju kesana, bahkan yang sudah terbiasa bisa hanya 1 jam, namun pengujung biasanya memakan waktu 2-6 jam, tergantung speed dan waktu istirahat yang kita pakai. Melihat latar belakang rekan-rekan perjalanan, mungkin kalau tanpa Saya, rombongan hanya perlu waktu 2 jam, tetapi karena Saya banyak istirahat, maka kami menghabiskan waktu 3 jam, lumayanlah untuk pemula gak sampe 6 Jam, hehehe. Sepanjang perjalanan kami melewati danau yang indah, rumah-rumah penduduk yang unik, pepohonan yang sangat rindang dan ular hehe, saat perjalanan sempat hujan sehingga jalanan agak sedikit nge-blog, tetapi atas bantuan Bapak Guide Alhamdulillah kita jadi aman hehehe. Oh iya, sepanjang perjalanan kita masih boleh foto-foto, tetapi begitu memasuki wilayah Baduy dalam, Pak Guide akan memberikan kita tanda bahwa segala yang elektronik tidak diperbolehkan.
Singkat cerita, kami sampai di Baduy Dalam dan Bapak Guide mencarikan rumah yang bisa kita singgahi, setelah ketemu kita langsung taruh barang-barang bawaan di rumah tersebut, mandi dan shalat. Selesai Shalat, rombongan wanita langsung masak bareng sama akang dan teteh pemilik rumah, dengan penerangan seadanya, alat masak yang masih tradisional, bumbu yang apa adanya, perut yang kroncongan semua menjadi terasa nikmat. Selesai masak kami langsung ngobrol-ngobrol dengan tuan rumah dan bergegas istirahat karena kami harus melakukan perjalanan jam 08.00 pagi esok hari.
Keesokan harinya saat matahari terbit kami berkeliling melihat-lihat rumah penduduk dan kami kaget, mereka semua cantik-cantik dan ganteng hehe, mata mereka besar coklat tua, hidungnya mancung-macung dan kulitnya bersih-bersih banget, mungkin karena semua serba alami, hehehe. Singkat cerita kami pulang diantar dengan Bapak Guide sampai Gerbang Desa Ciboleger dengan membawa sejuta kesan.

III.             Pesan dan Kesan

1.      Perhatikan jadwal kereta menuju Stasiun Rengkasbitung, biasanya perjalanan dari Stasiun Tanah Abang hanya tiga kali, jangan sampai tertinggal kreta atau menunggu terlalu lama dan kalau mau lebih well prepare beli aja dulu tiketnya sebelum keberangkatan;
2.      Dana yang Saya habiskan per orangnya sekitar Rp. 250.000,- sudah termasuk:
a.       Transportasi PP
b.      Beli Sarden, Beras 1 liter, minyak goreng, cabe (untuk dimakan disana bersama-sama tuan rumah, sisanya biasanya bakal kita tinggal untuk ucapan terima kasih tambahan mereka) P3K dan keperluan pribadi
c.       Biaya Guide, Tiket Masuk dan Tuan Rumah (walaupun gak ada tariff resmi dan emang mereka gak minta suatu jumlah tertentu, kami patungan ngasih sekitar Rp. 50.000-Rp.100.000,- per orang) waktu itu yang urus pembagiannya Tour Leader (Mas Ridwan, PM VI)
d.      Oleh-oleh (kalung dan gelang)
3.      Pertama agak gimana gitu atas adanya pasar modern disana, tapi pas dipikir-pikir itu untuk  kebaikan warga juga karena jarak tempuh ke kota jauh bgt, di tengah jalanpun para pengunjung banyak yang kehabisan perbekalan, sehingga banyak yang beli minuman dari warga dan warga belinya di pasar modern tersebut, secara gak langsung kehadirannya membantu perekonomian warganya.
4.      Banyak para pengunjung yang cerita di media sosialnya kalau mereka diem-diem mengambil gambar di Baduy Dalam, tapi saran Saya sih ikutin aja aturannya dan jaga kebersihan, be respect each other :D

5.      Baca dari blog sebelah, kalo naik travel (Jakarta-Baduy) sekitar Rp. 500.000,- diluar biaya point B.