Beberapa bulan lalu tepatnya bulan Juni 2015 Ibu Saya di vonis kekurangan Albumin dalam tubuhnya. Berdasarkan keterangan singkat dokter dan yang Saya baca di internet, intinya albumin adalah protein darah yang berfungsi mengikat molekul-molekul yang tidak dibutuhkan oleh tubuh yang dibuang bersama urine. Sehingga kekurangan Albumin menyebabkan terjadinya penimbunan cairan (yang seharusnya dibuang tersebut) dalam jaringan/edema yang menyebabkan bengkaknya kedua kaki, tubuh, perut dan/atau bagian tubuh lainnya atau bahasa ilmiahnya disebut asites. Tentang riwayat kesehatan, Ibu Saya memiki tekanan darah tinggi dan diabetes (dari nenek) dan beberapa bulan terakhir memang sedikit mengalami pembengkakan jantung sehingga menyebabkan Albumin dalam darahnya berkurang.
Untuk mengatasi masalah tersebut, dokter menyarankan beliau untuk meningkatkan Albumin tersebut dengan beberapa cara, dan beberapa cara yang ditawarkan diantaranya: mengkonsumsi albumin dari infusan, dalam bentuk obat kapsul, serbuk atau yang alami seperti ikan gabus dan putih telur. Untuk harga albumin dalam bentuk infusan, terakhir Saya tanya di apotek harganya sekitar 1,5juta-2 juta per infus dan dalam sehari dibutuhkan paling nggak 1 infusan, yang kapsul sekitar 160-200ribu/10 kapsul untuk 10 hari dan yang sebuk harganya 25-30 ribu per sashet (satu sashet 1 hari).
Hari pertama, dokter akhirnya memberikan albumin dalam bentuk infusan, sekitar 3 hari Ibu Saya di opname, beliau sudah jauh lebih baik, kaki dan anggota tubuhnya yang bengkak sudah mulai normal molekul-molekul tidak penting yang sebelumnya tertahan di tubuh sudah dikeluarkan lewat urine (kata Ibu, setalah diifus tersebut beliau bisa ke toilet sampai 10 kali per hari. Setelah kondisi Ibu sudah membaik, akhirnya Ibu pulang ke rumah, namun hanya selang beberapa bulan beliau opname lagi di RS dengan masalah yang sama. Dokterpun menyarankan kepada Saya agar Ibu rutin mengkonsumsi Albumin dan lebih baik yang sashet atau yang kapsul saja, disamping lebih praktis dan dapat dikonsumsi sehari-hari, harganya juga jauh lebih murah namun kualitasnya tidak beda jauh dengan yang infus. Akhirnya kami membeli sesuai rekomendasi dokter, namun saat mengkonsumsi albumin tersebut, Ibu Saya tidak kuat dengan bau dan rasanya (terutama yang serbuk), disamping itu, efek penghilangan bengkaknya tidak secepat yang infus.
Setelah konsultasi, baca-baca internet dan pikir-pikir, kami teringat pesan dokter bahwa ikan gabus dan putih telur mengandung banyak albumin, namun masalahnya ikan gabus itu sangat sulit untuk dicari dan Ibu Saya tidak boleh terlalu banyak makan kuning telur karena kadar kolesterolnya yang tinggi. Setelah muter-muter pasar di Jakarta dan sekitarnya (serius muter-muter) mulai dari perumnas, klender, sumber arta, bekasi, kramat jati, pasar minggu, kranji dan sebagainya, akhirnya itu ikan gabus tersebut ditemukan! (halah), mereka ada di Pasar Kramatjati dan sekedar informasi, dari seluruh pedagang ikan di kramat jati, hanya ada 1 kios yang jual dengan harga Rp. 75000-85000/kg, terbilang mahal karena memang sangat langka, kaya manfaat dan bener-bener susah dicari.
Sayapun langsung "PDKT" sama si abang yang jual ikan gabus dan minta nomor tlp nya supaya beliau bisa nyetok ikannya ketika Saya butuh dan mau kesana karena rumah Saya ke Pasar Kramatjati jauh sekali dan ikan tersebut jarang ada. Berdasarkan informasi dari si abang, ikan gabus itu langka karena gak terlalu tahan di musim kemarau, selain itu ikan gabus gak bisa/sulit diternak di empang karena mereka tidak bisa beradaptasi dengan tempat yang tidak alami seperti sungai atau kali, sekalipun ikan tersebut bisa tumbuh, kadar albumin yang mereka hasilkan tidak akan sama dengan yang hidup di alam bebas, selain itu dunia medik benar-benar membutuhkan ikan tersebut. Jadi cukup paham kan kenapa ikan itu langka? Bahkan yang sedikit mengerikan, Saya pernah hampir tertipu pedagang yang memberikan Saya ikan patin, bukan gabus. Secara sekilas mereka memang sangat mirip, sama-sama panjang dan mukanya gepeng dan jahat, tetapi kalau diperhatikan dan disentuh sangat berbeda, ikan gabus kasar dan bersisik, mukanya lebih gepeng dan agak jahat gitu. Kalau ikan patin, gak bersisik, agak licin dan mukanya lebih lebar.
Setelah sampai rumah, Saya pun mengolah ikan itu. Karena Ibu benar-benar harus menjaga makan, maka cara mengolahnya pun bener-bener hati-hari: gak boleh di goreng atau disantan! akhirnya Saya pun memilih cara paling gampang: di steam! hehehe. Tapi Ibu protes karena rasanya gak enak, mungkin karena bumbunya gak banyak. Akhirnya setelah baca resep di internet dan tanya-tanya, Saya mulai mengolahnya dengan cara dibuat pucung gabus, atau acar kuning atau di arsik. Kata Ibu rasanya udah lumayan enak (masih lumayan), ya wajar karena Saya tidak banyak memberi garam, tanpa mecin (Saya anti mecin :p) dan gak boleh digoreng. Setelah makan ikan gabus tersbut, bengkak-bengkak Ibu Saya sudah normal dan Alhamdulillah beliau kembali seperti semula. Hasilnya benar-benar cepat, hanya 2-3 hari.
Seperti yang tadi dituliskan, selain ikan gabus, Albumin juga banyak terdapat di putih telur. Untuk mendapatkan putih telur itu tugas Ayah dan Adik Saya untuk menghubungi industri kue kecil rumahan. Seperti yang kita tau, pembuat kue biasanya banya membutuhkan kuning telurnya saja, dan putihnya akan dijual seharga 3000-8000/liter. Alhamdulillah di rumah Saya ada yang dengan senang hati membagi putih telurnya pada kami hehehe. Pengolahannya beragam, mulai dari direbus, di steam, dumis, diorak arik dan sebagainya. Biasanya Saya 'memaksa' Ibu makan yang direbus/steam saja agar lebih sehat. Efek putih telur memang tidak secepat ikan gabus, tapi lumayan juga lah daripada Ibu harus makan kapsul yang katanya agak mual tersebut. Putih telurpun lebih mudah untuk diolah dan dicari, sehingga bisa jadi alternatif untuk ikan gabus yang semakin langka.
Overall, sampai hari ini, Alhamdulillah Ibu sudah lebih baik. Semua berkat Allah SWT, dokter dan keinginan beliau untu sembuh. Sampai sekarang Ibu paling tidak seminggu sekali mengkonsumsi ikan gabus dan hampir setiap hari makan putih telur.
Itulah yang bisa Saya sampaikan, semoga bisa bermanfaat dan semua yang sakit bisa segera disembuhkan. Aamiin ya Rabb :D
Ternyata ini makna dibalik profpic WA dan BB mu haha. Medina pasti paling suka Manse, Daehan terakhir Mingguk
ReplyDeletewahahaha..ini pasti orang salah komen XD
ReplyDeleteiyaaap, jadi bukan karna aku menghilang dan tau-tau punya tiga anak yaaah :D
aku suka papa nya!