Sunday, 7 April 2013

Politik (terlalu) dini


Jujur, aku tipe orang yang agak malas berkecimpung dengan dunia politik, namun aku tidak bisa menepikan, bahwa hukum sangat berkaitan erat dengan politik. Bahkan tidak munafik kalau aku katakana bahwa hukum di Indonesia masihlah hasil produk politik. Hukum akan sangat berpengaruh dengan siapa yang memegang kekuasaan.  Kemalasan ku terhadap politik semakin besar ketika teman-teman ku mulai membicarakan politik. Ada seseorang yang sangat membela Kabinet Indonesia Bersatu jilid II ini dengan berapi-api. Semula aku sempat takjub, aku kira dia adalah orang yang sangat mengikuti perkembangan berita..oh tidak, bukan berita, karena pers selalu bisa menggiring opini public yang mungkin bertolak belakang dengan keadaan yang sebenarnya..dan disitu aku merasa, sungguh hebat teman-teman ku ini mereka mampu mencari fakta senriri, tidak terpengaruh oleh pers. Tidak seperti aku yang terlalu emosional terhadap pers.
            Tapi ternyata..jeng jeng jeng, aku yang saat itu masih semester II telah ‘bodoh’ dan terlalu cepat menilai. Aku mendengarkan omongan mereka, tanpa aku ketahui siapa mereka, bagaimana latar belakang mereka. Aku terlalu lugu dalam hal ini dan ahirnya pada semester III aku baru tahu kalau ayah teman ku itu salah satu ‘orang penting’ di partai pemenang pemilu periode lalu tersebut. Aku terlalu naïf untuk menyadari bahwa politik adalah sesuatu yang sangat kompeks. Politik tidak hanya mempengaruhi orang tua mereka, politik bahkan telah ‘mempengaruhi’ cara berfikir anak-anak para politisi tersebut. Memang hingga kini aku tidak tahu persis siapa yang benar dan tidak, tapi satu hal yang aku yakini. Semua orang pasti berpolitik, semua..semuaa..tanpa mengenal batas usia. Setiap orang selalu punya motivasi tersendiri dalam melakukan sesuatu, ntah itu motivasi baik ataupun buruk

No comments:

Post a Comment