Jujur, aku tipe orang yang agak malas
berkecimpung dengan dunia politik, namun aku tidak bisa menepikan, bahwa hukum
sangat berkaitan erat dengan politik. Bahkan tidak munafik kalau aku katakana
bahwa hukum di Indonesia masihlah hasil produk politik. Hukum akan sangat
berpengaruh dengan siapa yang memegang kekuasaan. Kemalasan ku terhadap politik semakin besar
ketika teman-teman ku mulai membicarakan politik. Ada seseorang yang sangat
membela Kabinet Indonesia Bersatu jilid II ini dengan berapi-api. Semula aku
sempat takjub, aku kira dia adalah orang yang sangat mengikuti perkembangan
berita..oh tidak, bukan berita, karena pers selalu bisa menggiring opini public
yang mungkin bertolak belakang dengan keadaan yang sebenarnya..dan disitu aku
merasa, sungguh hebat teman-teman ku ini mereka mampu mencari fakta senriri,
tidak terpengaruh oleh pers. Tidak seperti aku yang terlalu emosional terhadap
pers.
Tapi
ternyata..jeng jeng jeng, aku yang saat itu masih semester II telah ‘bodoh’ dan
terlalu cepat menilai. Aku mendengarkan omongan mereka, tanpa aku ketahui siapa
mereka, bagaimana latar belakang mereka. Aku terlalu lugu dalam hal ini dan
ahirnya pada semester III aku baru tahu kalau ayah teman ku itu salah satu
‘orang penting’ di partai pemenang pemilu periode lalu tersebut. Aku terlalu
naïf untuk menyadari bahwa politik adalah sesuatu yang sangat kompeks. Politik
tidak hanya mempengaruhi orang tua mereka, politik bahkan telah ‘mempengaruhi’
cara berfikir anak-anak para politisi tersebut. Memang hingga kini aku tidak
tahu persis siapa yang benar dan tidak, tapi satu hal yang aku yakini. Semua
orang pasti berpolitik, semua..semuaa..tanpa mengenal batas usia. Setiap orang
selalu punya motivasi tersendiri dalam melakukan sesuatu, ntah itu motivasi
baik ataupun buruk
No comments:
Post a Comment